Sebanyak 35 Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) DPC Kabupaten Magelang mengikuti napak tilas Pendiri WKRI Maria Sulastri, sebagai bagian dari Peringatan 100 Tahun WKRI.
Kegiatan dimulai dengan ziarah ke Makam Kerkof Muntilan, lalu dilanjutkan dengan ziarah ke Makam Celeban dan kunjungan ke pabrik rokok cerutu Tarumartani Yogyakarta, tempat pendiri WKRI memperjuangkan upah buruh perempuan.
Ketua panitia Emelia Ratri menyatakan bahwa kegiatan ini bertema “Lahir Kembali Semakin Berarti”, dengan tujuan untuk memahami sejarah dan latar belakang WKRI.
Di samping itu, napak tilas ini juga diharapkan dapat menginspirasi anggota WKRI bahwa mewujudkan iman memerlukan perjuangan, serta meningkatkan peran organisasi perempuan Katolik dalam masyarakat.
WKRI Magelang Napak Tilas dari Kerkof Muntilan ke Pabrik Rokok Cerutu Tarumartani Yogyakarta.
“Kegiatan napak tilas ini diikuti perwakilan ranting WKRI se-Kabupaten Magelang. Di Magelang ada 12 ranting WKRI,” tutur Emelia didampingi Ketua WKRI DPC Magelang Agata Sri Sumarti.
Selain ke Kerkof Muntilan, ziarah dilanjutkan ke Makam Celeban Yogyakarta, tempat dimakamkannya penasihat WKRI pertama Romo Fransiskus Strater SJ dan Romo Harjosoewanda SJ.
Peserta napak tilas juga menyempatkan kunjungan ke PT. Tarumartani, dimana dulu Pendiri WKRI memperjuangkan upah buruh perempuan, khususnya di pabrik rokok cerutu tersebut.
Ketua bidang organisasi Alexandra Hersi Krisnawati mengutarakan dulu jaman Belanda memperlakukan kaum buruh perempuan di Indonesia, secara tidak manusiawi. Dan kemudian pendiri WKRI Sulastri yang saat organisasi perempuan Katolik ini masih bernama Pusara Wanita Katolik, berhasil menaikkan derajat kesejahteraan upah kaum buruh perempuan, termasuk di pabrik rokok cerutu Tarumartani ini.
“Kami melakukan napak tilas ini untuk mengetahui latarbelakang WKRI itu seperti apa. Saat ini sudah 100 tahun, kalau kami tidak tahu sejarahnya, apa gunanya kami berorganiasi di WKRI,” ujar Hersi.
Romo Agustinus Sudarisman Pr berharap, melalui napak tilas ini paling tidak anggota WKRI akan punya gambaran bahwa mewujudkan iman itu tidak secara otomatis, namun melalui perjuangan. Imam Projo Keuskupan Agung Semarang ini juga berharap di usia seabad WKRI menjadikan organiasi perempuan Katolik itu kian berkiprah di tengah masyarakat (*)