Seribuan peserta program Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Yogyakarta mengikuti Pendidikan Karakter dan Bela Negara di Akademi Angkatan Udara, 26-28 April 2024 dan 3-5 Mei 2024. Instruktur TNI Angkatan Udara terjun langsung membekali peserta wawasan kebangsaan dan kesamaptaan. Sedangkan tim Nawayaksa Indonesia pimpinan Bebet Darmawan menggembleng peserta dari aspek mental “mind, body, and soul”.
Pembekalan karakter dan bela negara ini penting mengingat para peserta akan terjun menjadi guru di seluruh pelosok Indonesia. Mereka perlu siap segala aspek untuk itu. Supaya mereka tidak mental di tengah jalan kelak.
Kesiapan pengetahuan dan kecakapan mengajar sudah mereka peroleh di kampus UNY. Mereka sudah menguasai ilmu mengajar yang benar. Praktik-praktik mengajar juga sudah mereka latih. Artinya, untuk mengajar bekal mereka sudah sangat cukup.
Tantangannya, menjadi guru tak sekadar mengajar. Ia juga mendidik. Guru tak cukup bertutur dalam mentransfer pengetahuan. Jika itu saja yang dilakukan maka transfer pengetahuan sebatas kognitif. Peserta didik akan sekadar pintar di tataran berpikir.
Perlu pendekatan afektif supaya peserta didik meminati belajar sebagai sikap intelektual. Ini tak cukup dituturkan. Juga tak cukup ditunjukkan. Minat dan sikap hanya muncul jika dicontohkan.
Nanti, minat dan sikap saja tidak cukup dalam pendidikan. Pendidikan tidak sebatas membentuk pribadi berpengetahuan dan cakap melainkan bagaimana bagaimana pribadi tersebut mau menjadi agen transformasi berikutnya. Nanti, aspek psikomotorik itu penting dipahami dan dikuasai metode mengajarkan dan melatihnya.
Sementara itu, dalam Pendidikan Karakter dan Bela Negara di AAU, Tim Nawayaksa Indonesia—yang sudah puluhan tahun ikut melatih mental prajurit dan perwira TNI AU, menyuntik kesadaran peserta akan bagaimana menemukan potensi diri dan mengoptimalkannya.
Baca juga Perkuat Karakter, Siswa SMK Leonardo Klaten Digembleng Mental oleh Bebet Darmawan
Secara khusus, trainer Nawayaksa Indonesia Bebet Darmawan memperlihatkan, mendemokan, dan melatihkan bagaimana mengoptimalkan kekuatan pikiran. Ia dengan metode yang sangat teruji menunjukkan bagaimana pikiran menentukan perilaku, lalu perilaku ini mempengaruhi pikiran; begitu berlangsung secara simultan.
Sebagai guru, kesadaran akan kekuatan pikiran ini penting. Bukan saja karena mereka bekerja di aras pikiran, melainkan pekerjaan mereka mementuk pikiran peserta didik. Artinya, berharap pikiran peserta didik beres maka pikiran guru juga perlu beres terlebih dulu.
Beres pengetahuan sudah diselesaikan di kampus. Beres sikap ini yang dilatihkan Tim Nawayaksa Indonesia. Bebet Darmawan memperkenalkan metode melatih mental yang dinamai faithset. Ini melebihi sekadar mindset. Mind set masih mengandalkan manusia sebagai pengendalinya, sedangkan faithset sudah melibatkan unsur keilahian yang transendental.
Mindset saja tidak cukup. Di ujung perjalanan nanti, saat mereka ditempatkan di pelosok-pelosok negeri, mindset saja rentan guncangan. Kenyataan di lapangan, baik yang menyangkut pekerjaan maupun lebih-lebih menyangkut hidup bermasyarakat, penuh dengan benturan nilai dan makna hidup. Ini bisa terjadi mengingat perbedaan budaya dan sistem sosial yang beragam.
Supaya mereka tetap berdiri tegak memenuhi panggilan sebagai guru nantinya, mereka perlu punya tombol mental yang bisa dinyalakan kapan pun mereka membutuhkannya. Tombol inilah yang dinamakan faithset. Ia terkoneksi setiap saat dan dari mana pun. Sebab, ia terkait dengan keyakinan yang sublim, yang tertanam jauh di dalam sekaligus terpancar jauh di atas. Faithset menghubungkan pribadi dengan pencipta-Nya.
Dengan faithset diharapkan peserta menyadari bahwa panggilan mereka sebagai guru itu mulia. Dengan kesadaran ini mereka diharapkan selalu bersuka cita saat mengajar. Dengan kesukacitaan mengajar itu diharapkan peserta didik pun bersuka cita dalam belajar. Peserta didik yang belajar dalam suka cita diharapkan tumbuh menjadi generasi yang berkualitas secara akademik, fisik, dan mental.(AA Kunto A/Sinergi Indonesia)