SINERGI INDONESIA – Andhini, seorang ibu rumah tangga, telah memulai proyek pribadi bersama keluarganya dengan nama @021suarasampah. Mereka telah mendedikasikan kehidupan sehari-hari mereka untuk mengambil tindakan dan mengadvokasi gaya hidup tanpa limbah. Sejak 2012, Andhini dan keluarganya secara bertahap berupaya mengurangi sampah.
Baca juga Dukung Taksonomi Hijau Indonesia, BPR MSA Fasilitasi Pembiayaan Solar Sel dan Motor Listrik
“Sejak 2018, fokus utama keluarga kami adalah pencegahan, mencari cara untuk menghindari sampah. Ini bukan hanya tentang memilah sampah tetapi mencegah timbulan sampah sebanyak mungkin. Masalah sampah tidak hanya muncul ketika sesuatu menjadi sampah. Dampak lingkungan dimulai dari saat sesuatu diciptakan,” jelas Andhini.
Dampak lingkungan jangka panjang ini terutama terlihat pada plastik, karena sulit terurai dan cenderung terurai menjadi fragmen yang lebih kecil dari waktu ke waktu. Penumpukan sampah plastik yang tidak terkelola dapat dikurangi.
“Sampah plastik telah menumpuk sejak tahun 1950. Secara global, hanya 9% plastik yang berhasil didaur ulang, sisanya 91% masih ada dan terus bertambah dengan penambahan sampah plastik baru. Setiap kali plastik didaur ulang, kualitasnya menurun, sehingga mengakibatkan produk berkualitas rendah,” jelasnya.
Dengan mencegah sampah, terutama sampah plastik, kita melindungi diri dari kerusakan lingkungan. Keputusan untuk mengubah pola pikir, menerapkan pendekatan ramah lingkungan, dan mengambil langkah awal sepenuhnya terserah Anda.
Namun, perlu dicatat bahwa Indonesia menempati peringkat kedua terbesar di dunia penghasil sampah plastik, tanpa diketahui banyak orang. “Sistem pengelolaan plastik kami terbatas pada pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan, seperti di kampus, sekolah, dan tempat umum, dimana sampah dibuang begitu saja tanpa pengolahan lebih lanjut,” ungkap Andhini. TPA berkontribusi terhadap pemanasan global, dengan gundukan limbah rumah tangga memperburuk pemanasan planet kita. Andhini berpesan bahwa langkah awal menuju perubahan adalah mengumpulkan informasi.
“Setelah itu, buat daftar produk sekali pakai yang digunakan sehari-hari, mulai dari bangun tidur hingga tidur. Berdasarkan daftar ini, Anda dapat memilih produk makanan yang paling mudah dikurangi atau diganti dengan alternatif yang ramah lingkungan. Mulailah dengan yang ramah lingkungan. alternatif dan menjaga konsistensi,” saran Andhini.
Apa pesan Andhini kepada masyarakat Indonesia, khususnya kaum milenial dan Generasi Z?
“Mengadopsi gaya hidup ramah lingkungan pada dasarnya bergantung pada pola pikir. Misalnya, pertimbangkan untuk menggunakan wadah Anda sendiri saat membeli bakso dan renungkan pengurangan sampah plastik yang dapat dicapai. Gaya hidup tanpa sampah tidak hanya bermanfaat bagi planet ini tetapi juga diri kita sendiri. Dengan mencegah sampah, terutama sampah plastik, kita melindungi diri dari kerusakan lingkungan. Keputusan untuk mengubah pola pikir, menerapkan pendekatan ramah lingkungan, dan mengambil langkah awal sepenuhnya terserah Anda. Kemudian, Anda dapat menyaksikan secara langsung bagaimana tindakan sederhana dapat dilakukan mencegah pemborosan yang signifikan,” pungkasnya.